Satu Rasa, Satu Cinta, Untuk Satu Wanita

Banten, di sebuah sore, di antara tumpukan rutinitas hidup, dan di batas antara mimpi dan kenyataan….

Di saat lini masa penuh dengan nasionalisme sesaat yang mungkin terlupakan nanti malam seiring mimpi menjemput dan kelak pagi yang menyapa.

Semua sadar bahwa hidup kita ini dipenuhi oleh beragam pilihan dan sebagai konsekuensinya kita pun harus memilih satu diantara banyak pilihan tersebut. Terkadang memilih bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, semacam penuh dilema. Memilih itu perlu pengorbanan, opportunity cost menurut para ekonom. Jika kita memilih sesuatu maka kita harus mengorbankan pilhan yang lainnya. Di atas teori mungkin terlihat mudah, namun realita yang semudah itu.

Andai hidup itu tak harus memilih, ah tentulah tak akan seru, tak ada dinamika dan romantisme dalam hidup. Karena dalam memilih tentunya kita sedang belajar, belajar untuk bertanggung jawab, belajar untuk ikhlas terhadap konsekuensi pilihan kita, dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya.

Salah satu kegiatan memilih yang masuk dalam kategori sulit adalah memilih dengan siapa kita akan menjalani sisa hidup kita. Jauh lebih sulit daripada memilih calon presiden yang hanya untuk 5 tahun kedepan, yang ini untuk seumur hidup dan diusahakan hanya sekali. Ini akan menjadi jauh lebih sulit apabila calonnya banyak dan kita tak siap mental.

Sob, buat yang cowo nih, pasti pernah dihadapkan pada satu kondisi dimana lo udah punya calon yang sreg tapi tiba-tiba ada perfect distraction yang datang dan menggoyahkan pilihan lo. Nah lho, kesetiaan lo bener-bener diuji sob pada kondisi ini. To be honest gw pun pernah mengalami hal seperti ini, beruntung gw lulus ujian meskipun dengan nilai pas-pasan.

Pilihan memang banyak sob, bahkan ketika kita sudah menentukan standar baku. Gw kasih bocoran nih, kita as a man or boy, bisa jalan dengan semua pilihan ada. Tapi coba tanya deh sama hati kita masing-masing, apakah kita cukup tega untuk melakukan hal seperti ini seterusnya? Jika anda gentleman maka jawabannya tidak, tapi jika anda playboy maka jawabannya bisa iya. Disaat gw ada di posisi itu, gw beruntung punya nyokap yang perhatian dan beliau berpesan bahwa, kamu gak bisa ngasih harapan ke semua orang, harus fokus pada satu orang. You know me so well mom.

That’s life mates, full of options. Gw bukan orang yang ahli dalam mengambil keputusan, namun jikapun gw harus membuat keputusan maka harus diawali dengan niat yang ikhlas. Siap atau gak siap dengan konsekuensinya itulah keputusan kita. Gak bisa kan kita terus-terusan menggantungkan harapan kita terhadap orang lain, pilih satu sebagai pendamping kita kelak, dan ikhlaskan yang lain.

Oleh sebab itu, maka mulai hari ini, tanamkan pada hati kita semua;

“Satu Rasa, Satu Cinta, Untuk Satu Wanita”

Atas nama hati yang harus memilih, saya mohon diri, sampai jumpa dan salam satu cinta…

This entry was posted in Story and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Satu Rasa, Satu Cinta, Untuk Satu Wanita

  1. masihbelajar says:

    Bagus, pada akhirnya emang harus fokus. Ga ada salahnya banyak teman, niatkan aja silaturahmi , iya ga ?. Yg penting melangkah ke depan, yg sudah2 biar berlalu. Ambil pelajaran dan hikmahnya 🙂 . Salam kenal

Leave a Reply to 3Maskentir Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.