Negeri Para Apatis

Knock..knock

Selamat pagi Indonesia, apakah anda-anda para penjaga kehormatan bangsa sudah terjaga dari tidur anda? Sudah siapkah anda untuk berjalan ke garis depan dalam upaya menjaga stabilitas bangsa dan tanah air anda? Ataukah anda masih tenggelam diantara mimpi indah nan semu? Khususnya kepada warga DKI Jakarta sudahkah anda menyiapkan diri dan juga pilihan anda untuk mengikuti pemilihan gubernur?

Kenapa saya harus memakai judul negeri para apatis dalam tulisan kali ini? Sebelum berjalan lebih jauh ada baiknya kita mengetahui apa itu apatis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apatis adalah suatu sikap acuh tak acuh, tidak peduli, masa bodoh  terhadap usaha pembangunan pemerintah. Apatis ini adalah sebuah penyakit menular dan cepat mewabah di negara Indonesia, jika anda tidak percaya, marilah sedikit kita tengok keadaan di negara kita.

Pernahkah anda berjalan kemudian melihat sampah di depan anda, katakanlah bungkus makanan atau minuman, lalu anda hanya dengan santainya melangkah perdi, padahal di dekat situ ada tempat sampah? Jika pernah jawaban dari anda, maka anda sudah terkena gejala awal dari penyakit apatis ini. Padahal secara logika jika kita mau dan peduli terhadap kebersihan dan juga keindahan kota maka dengan waktu kurang dari 10 detik kita bisa memindahkan sampah itu ke tempatnya, sebuah langkah kecil namun berdampak besar bagi lingkungan. Jika dalam sebuah hal kecil saja kita sudah tidak peduli, bagaimana jika kita dihadapkan masalah yang jauh lebih besar?

Anda semua pasti benci yang namanya korupsi bukan? Semua orang pasti menghujat serta mencaki maki para koruptor yang sering muncul di layar kaca. Tapi tunggu dulu, saat menghujat apakah anda sudah bercermin, melihat dengan nalar anda bahwa apakah diri kita sudah benar-benar bersih dari korupsi? Korupsi itu bisa terjadi karena kita semua bersikap apatis, tidak mau peduli terhadap lingkungan. Sebuah kejadian akan berlaku hukum sebab-akibat, tak akan ada asap jika tak ada api. Kita benci korupsi, tapi seringkali membenarkan dan juga terlibat dalam proses korupsi tersebut. Coba gw tanya, dari semua yang baca adakah yang pernah ditilang sama polisi? Pasti banyak! Dari sekian banyak siapa yang pernah berusaha menyogok polisinya? Pasti alasannya adalah karena kalau ikut sidang ribet dan makan waktu! Ini bentuk dari apatis anda terhadap hukum yang ada di Indonesia. Secara sadar ataupun tak sadar justru penyebab angka korupsi yang semakin tinggi di Indonesia adalah….

Anda dan kita semua….

Bentuk lain dari apatis adalah gemar menyalahkan pemerintah. Gw sering baca (dan sekaligus menulis) yang mungkin berisi hujatan terhadap pemerintah. Tapi gw sadar bahwa pemerintah itu hanya sekumpulan manusia yang punya keterbatasan. Yang gw sering gak habis pikir, banyak orang protes terhadap kenaikan harga kendaraan umum, seperti kereta api yang baru saja terjadi. Di lain tempat mereka ini gak pernah protes ketika harga kosmetik atau barang mewah yang mereka konsumsi mengalami kenaikan harga secara signifikan! Aneh ya, ah tapi inilah kenyataan! Sikap apatis sudah tentu terlihat saat ada pulau, budaya, atau sumber daya alam kita diakuisisi negara lain. Semua seakan berlomba-lomba untuk demo dan menyalahkan pemerintah karena dinilai kurang greget dan kurang power dalam menyelamatkan itu semua. Tapi pas ditanya balik sama yang demo atau menyalahkan, sudah berbuat apa anda selama ini? Diam seribu bahasa jawabnya. Atau paling tidak dijawab nonton sinetron, nonton drama Korea, dan main games, wajarlah negara sampean dicabik-cabik, eh negara kita lho.

Gw sendiri pernah dimusuhin dan dipandang sebelah mata, bukan karena apatis tapi justru berusaha untuk sadar dan berbuat sesuatu ketika ada yang salah. Rata-rata gw mendapat cemooh seperti: ngapain sih lo ngurusin kaya gitu, aneh banget sih kaya gak ada kerjaan lain. Well, harusnya gw yang tanya sama orang-orang itu, sampe kapan mereka mau diam seribu bahasa dan cuek walaupun mereka tau ada yang salah dihadapan mereka. Buat yeng Muslim setau gw, Allah akan menimpakan azab kepada kaum yang berdiam diri ketika ada kezaliman, naudzubillah minzalik.

Sob, lalu apa sih yang hrus kita perbuat mengatasi masalah ini? Dulu pas jaman gw nyantri sama Aa Gym (pasti gak pada percaya) diajarkan bahwa semua harus didasari 3M (mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling kecil, dan mulai saat ini juga)! Simple namun kadang sulit buat dilaksanakan. Kita harus merubah pola pikir, jangan hanya berpikir untuk hari ini, tapi berpikirlah untuk besok. Jika anda ingin sebuah kebaikan terjadi di hadapan anda, maka anda harus mau menjadi bagian dari proses menuju kebaikan itu sendiri! Buat warga DKI, nasib ibukota dan juga isinya ada di tangan anda, jangan menjadi warga yang apatis dan melewatkan kesempatan untuk memilih calon pemimpin yang anda rasa palinh tepat. Gw gak menyuruh atau mengarahkan untuk memilih pasangan tertentu, tapi pakailah suara anda karena jika tak dipakai, maka suara anda bisa dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain!

Sebagai penutup gw mau mengingatkan tentang bunyi Pasal 27 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Indonesia: Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Maka jangan jadi individu yang apatis, jadilah individu yang dinamis dan kritis!

Merdeka!

This entry was posted in Story and tagged , , . Bookmark the permalink.

One Response to Negeri Para Apatis

  1. Ratri Galuh says:

    Terima kasih sudah share. Membantu dan terinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.